3 Hal Berharga Untuk Tidak Dilakukan Seorang Pemimpin


"Sometimes to lead is to know what not to do (Terkadang, untuk memimpin dibutuhkan pengetahuan apa saja yang tidak boleh dilakukan". Kira-kira begitulah pengalaman pribadi saya selama bekerja kurang lebih satu tahun sejak lulus dari universitas. Tentu saja sebagai lulusan baru (fresh graduate), saya masuk di bagian rantai makanan paling bawah dari sebuah tim (alias jadi tukang bantu-bantu).

Namun bukan menjadi sebuah keputusan yang saya sesali karena banyak hal yang saya pelajari terutama ketika bekerja dalam tekanan yang berat dan tenggat waktu yang singkat. Ya, memang begitulah konsekuensi dari bekerja di Kantor Akuntan Publik ternama di Dunia. Sesuai dengan nature nya, pekerjaan di Firma memang lebih kepada proyek-proyek jadi bukan sebuah pekerjaan administratif seperti pekerjaan kantoran pada umumnya.

Disinilah saya bertemu banyak project leader dengan berbagai macam karakteristik kepemimpinan yang membuka wawasan saya tentang "what to do" dan "what not to do" sebagai seorang pemimpin. Untuk kali ini, saya bahas "what not to do" nya saja ya, karena menurut saya 5 hal utama ini yang harus kita hindari saat memimpin.

1. Jangan pernah Panik!
Kerjaan numpuk, klien yang rese nya minta ampun, sampai bos yang nuntut macem-macem adalah hal-hal biasa yang akan menghinggapi kita saat musim-musim kerjaan yang membara (kalau Auditor sih nyebutnya peak season). Gak salah kalau saya bilang rasanya kayak mau lompat dari gedung kantor. Namun hal-hal ini tidak seharusnya membuat seorang pemimpin terlihat panik dihadapan subordinatnya (anak buah). Lead by example (Memimpin dengan menjadi contoh) adalah prinsip yang tepat karena jika pemimpinnya saja panik, bayangkan apa yang menjadi reaksi subordinat ketika melihat pemimpin timnya marah-marah tanpa alasan yang jelas atau mempermasalahkan hal-hal kecil seperti waktu makan siang yang dipersingkat untuk mengejar target.

2. Jangan mengatur semuanya sendiri!
"Working paper dah kelar belum?", “Desainya dah kelar belum?”, “Dah kelar belum.. dah kelar belum? Kalau kalimat ini yang paling sering keluar dari mulutmu, sudah pasti kamu adalah seorang micro manager. Semua-semua pingin kamu urus,. Bagus sih, karena kualitas pasti terkontrol dan memberi kepastian hati. Tapi tunggu dulu, taukah kamu bahwa dengan mengurus semuanya dari A-Z itu berarti kamu tidak percaya dengan kemampuan subordinatmu. Ingat, kamu adalah manajer, bukan pelaksana. Jika pemimpinnya saja tidak mempercayai subordinatnya, bagaimana dengan kepercayaan subordinatnya terhadap anggota tim yang lain?

3. Jangan menganggap anak buah sebagai anak bawah!
Saat peak season di tempat kerja saya, salah seorang pemimpin tim mengatakan di depan setiap anggota tim. “You’re all replaceable, without you the project can be done”. Ini adalah sebuah kalimat paling berbahaya untuk diucapkan. Memang benar, masih banyak tersedia subordinat lain untuk menggantikan kita, untuk mengerjakan pekerjaan kita namun bukan berarti kita tidak menghargai keberadaan seseorang didalam tim. Hargai setiap anggota timmu tanpa melihat jabatannya karena dengan demikian setiap orang akan menghargai keputusan yang kamu ambil dan memiliki tingkat keinginan yang sama untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan yang kamu targetkan.

Demikianlah 3 hal berharga mengenai kepemimpinan. Semoga dapat menginspirasi semua pemimpin saat ini dan masa depan untuk menjadi pemimpin yang baik dan berharga bagi lingkungannya. (HSIN)



Akuntansi Atau Mati: Pentingnya Akuntansi bagi Sektor Usaha UKM


Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau Perusahaan Kecil merupakan salah satu penunjang roda perekonomian negara yang sangat vital keberadaannya. Sektor ini mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, sektor ini juga berperan besar dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Akuntansi yang juga merupakan bahasa bisnis tentunya mempunyai fungsi yang signifikan dalam kemajuan suatu usaha, baik usaha kecil, menengah, maupun usaha besar. Namun sangat disayangkan karena selama ini masih banyak usaha kecil dan menengah (UKM) yang belum memahami arti penting akuntansi padahal hal tersebut sangat besar manfaatnya bagi perkembangan usaha. Struktur industri di Indonesia menunjukkan jumlah perusahaan kecil, menengah dan koperasi justru lebih banyak di bandingkan dengan perusahaan besar. Tetapi, pada saat ini banyak UKM yang mengalami kesulitan untuk memperoleh kredit dan pendanaan modal, akibat tidak jelasnya sistem akuntansi sehingga pelaporan keuangan yang mereka susun dapat dibilang masih belum bermutu. Mereka terlalu berfokus untuk mengembangkan bisnisnya, bagaimana memproduksi barang yang diterima masyarakat,  dan masih banyak tujuan lain yang mereka kerjakan namun mereka melupakan satu hal yang kritikal yaitu akuntansi.
Penulis berpendapat bahwa kekurangan tersebut bisa diatasi oleh pemerintah untuk menekankan perusahaan untuk melakukan CSR terkait akuntansi yaitu membagi ilmu, memberikan pelatihan, serta membagi pengalaman mengenai bagaimana seharusnya akuntansi berperan dalam suatu bisnis perusahaan bagi pelaku UKM karena selama ini banyak perusahaan besar yang memberikan pendanaan modal dan pendampingan bisnis untuk UKM tanpa disertai pembekalan akuntansi yang memadai. Pihak IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia juga dapat memberikan event-event sosial seperti pelatihan dan pendampingan proses akuntansi untuk UKM, serta juga dapat membuat publikasi (secara offline maupun online) mengenai ilmu akuntansi untuk industri UKM. Penulis berharap dengan adanya kesadaran dari industri UKM akan pentingnya akuntansi serta dukungan dari pemerintah dan organisasi terkait khususnya IAI maka secara jangka panjang fondasi ekonomi negara kita akan semakin kokoh dan lebih kuat dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi.
Kekuatan lahir dari kepercayaan, tanpa kepercayaan yang berasal dari pelaporan akuntansi yang bermutu dan memadai mustahil negara kita menjadi negara yang kuat. (GRIN)

Melihat Sejenak Prospek Bisnis Gas di Indonesia

Off Shore Oil


Ketergantungan negara kita terhadap impor minyak bumi merupakan salah satu masalah sistemik yang dihadapi oleh negara kita. Beban subsidi BBM yang semakin besar dari tahun ke tahun mau tidak mau akan memberatkan pemerintah dan menempatkan pemerintah dalam posisi yang sulit. Jika tidak ada pengelolaan terhadap sumber energi lainnya, maka ketergantungan impor minyak negara kita akan semakin meninggi dan membelenggu ekonomi negara kita. 

Berbagai penemuan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak sudah mulai dicoba seperti peralihan ke bioenergi seperti minyak kelapa sawit. Namun, persoalan isu lingkungan, persaingan dengan sumber makanan (minyak goreng) dan sebagai andalan devisa ekspor menjadi penghambat penggunaan bioenergi sebagai sumber energi Indonesia. Bioenergi bisa dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi jangka panjang.

Sedangkan, dalam jangka pendek, upaya mengurangi subsidi BBM dan ketergantungan pada minyak bisa dilakukan dengan cara menaikkan harga BBM, serta beralih dari energi mahal (BBM) ke energi murah yaitu salah satunya adalah Bahan Bakar Gas (BBG).

Agenda Jokowi melakukan konversi BBM ke BBG semakin memudahkan jalan pengembangan industri gas. Dengan menaikkan harga BBM, bisnis gas akan semakin menarik. Apalagi, diikuti dengan komitmen pemberian insentif bagi pembangunan infrastruktur gas serta bagi produksi mobil berbahan bakar gas atau mobil berbahan bakar minyak yang dilengkapi dengan converter kit, komponen kendaraan yang digunakan untuk mengubah pemakain BBM ke BBG.

Dari sisi pasokan, produksi gas domestik diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Sejumlah megaproyek gas di sektor hulu, seperti Blok Masela, Indonesian Deepwater Drilling (IDD) di Offshore Mahakam, Lapangan Jangkrik, Blok Natuna dan Tangguh train III. Di saat produksi gas menurun, Pertamina juga sudah mengantisipasi dengan meneken kontrak impor gas dari Amerika untuk memasok kebutuhan gas Indonesia pada 2018 dan seterusnya.
Semoga rencana dan agenda besar negara kita  ini bukan hanya wacana dan dapat membuat ketergantungan energi negara kita terhadap impor minyak bisa direduksi. Hidup bioenergy! Hidup Bahan Bakar Gas!

Mengenal Audit : Sebuah Perkenalan Singkat





Teman-teman sekalian tentu sudah mengenal atau setidaknya pernah mendengar istilah audit. Pernakah terbesit di benak teman-teman apa sih maksudnya kata ini? Seorang teman saya pernah menanyakan hal serupa kepada saya. Sebagai seorang sarjana akuntansi tentu saja saya ingin bercerita panjang lebar mengenai hal ini tapi saya tahu bagi kebanyakan orang audit adalah subjek yang membosankan. 


“Bayangkan kamu memiliki uang satu milyar rupiah kemudian 500 juta kamu gunakan untuk membuat sebuah perusahaan yang memproduksi snack, 300 juta kamu simpan dalam bentuk deposito di Bank, dan 200 jutanya kamu gunakan untuk membeli barang-barang kesukaanmu. Kemudian karena kamu kurang begitu mengerti mengelola perusahaan, kamu mempekerjakan tuan Andi sebagai pimpinan perusahaan. Tujuan utama dari perusahaanmu adalah untuk memperoleh keuntungan bersih sebesar 200 juta dalam satu tahun.

“Pak, dalam 3 bulan ini kita untung sebesar 50 juta rupiah, tinggal 150 juta lagi untuk mencapai target tahun ini”, kata tuan Andi. Kira-kira kamu percaya dengan apa yang tuan Andi katakan? Jelas enggak lah, “Mana buktinya? Memangnya saya bisa hidup dari kata-kata 50 juta rupiah saja? (Jangan kira bos kayak gini gak ada di dunia, banyak bro (sumber: pengalaman pribadi)). 






Nah, kira-kira begitulah yang ada dipikiranmu sebagai sang empunya modal. Pak Andi ini juga bukan orang yang bego-bego amat, dia sudah mempersiapkan laporan (semacam kliping tapi isinya kebanyakan sih angka) yang biasanya dinamakan laporan keuangan. Terus, kalau sudah ada laporan keuangan, apakah kita dapat percaya dengan apa yang dilaporkan oleh tuan Andi?  

Jika melihat jaman dahulu kala, kebanyakan pemilik modal akan menjawab iya karena biasanya orang yang ditunjuk sebagai pemimpin perusahaan, sudah dikenal dekat oleh si pemilik modal. Tapi seiring berkembangnya perusahaan, terutama jika nanti perusahaan kamu sudah dimiliki oleh beribu orang yang tidak dikenal yang membeli hak milik perusahaanmu di pasar modal alias melakukan IPO, pelaksanaan audit menjadi sebuah kewajiban karena pemilik modal tidak sepenuhnya mengerti apa yang dilakukan oleh manajemen. 

Oleh karena itu, diperlukan pihak ketiga mandiri (independent third party) untuk memeriksa kebenaran dari laporan keuangan yang disuguhkan oleh tuan Andi kepadamu. Pihak ketiga inilah yang disebut dengan auditor eksternal. Karena sifatnya yang mandiri, auditor eksternal tidak boleh memiliki hubungan signifikan dengan manajemen perusahaan (misal: Auditor yang memeriksa perusahaanmu ternyata keponakannya tuan Andi). Singkat cerita kamu pergi ke Kantor Akuntan Publik terbaik di kotamu dan menyewa mereka untuk melakukan audit terhadap perusahaanmu. 

Masa waktu audit biasanya singkat tergantung ukuran dan kerumitan perusahaan yang ditangani. Biasanya memakan waktu satu hingga tiga bulan. Diakhir proses audit, auditor akan menyatakan sebuah pendapat apakah laporan keuangan yang disusun oleh tuan Andi sesuai dengan aturan yang berlaku (Di Indonesia disebut dengan PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) yang melahirkan pasal-pasal akuntansi yang disebut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). 

Kira-kira demikianlah cerita tersebut. Secara teori, cerita ini disebut teori keagenan yaitu teman sendiri sebagai prinsipal/pemangku kepentingan dan tuan Andi sebagai agen/pelaksana kepentingan akan selalu tercipta gesekan kepercayaan secara alamiah. Disitulah peran auditor sebagai jalan keluar dari konflik tersebut. 

Terkait dengan artikel ini, saya percaya teman-teman masih punya banyak pertanyaan dari penjelasan singkat ini, silakan bertanya langsung melalui komentar di post ini atau melalui email ke salah satu author kami. Kami akan menjawabnya langsung atau mengulasnya di artikel minggu depan.

Popular Posts

Powered by Blogger.